ANKAI SITELU: KOREOGRAFI TERINSPIRASI DARI SISTEM KEKERABATAN PADA MASYARAKAT KARO

Authors

  • DESY WULAN PITA SARI DAMANIK UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA

DOI:

https://doi.org/10.51903/pixel.v16i2.1431

Keywords:

INDONESIA

Abstract

Ankai sitelu is taken from the Batak Karo language, the word ankai means understanding and sitelu which means sitiga. If these three words are interpreted, they mean a dance that originates from understanding rakut sitelu. " ankai sitelu" is a dance work inspired by the Batak Karo kinship system, namely rakut sitelu. Rakut sitelu consists of sukut, kalimbubu, and anak beru. Sukut is the party who is the host in a traditional or ritual ceremony, kalimbubu is the party who is highly respected because he is considered to be the representative of dibata (god) on earth who gives tendi and blood, while anak beru is the party who does the sukut work in traditional ceremonies and rituals. This work takes the essence of balance in the rakut sitelu system with traditional karo dance movement patterns which are developed according to broader teba movement intensity, volume, level and time.

Ankai Sitelu's work is a group choreography consisting of three female dancers, a total of three dancers who will be composed in a large group and small group composition by paying attention to the composition of the parts. The number of three dancers is analogous to three social positions in the Rakut Sitelu kinship system. This work uses the exploration method as an initial part in developing the creativity of the creation process, improvisation to find movements by chance or spontaneously, composition to arrange the movements that have been obtained, as well as periodic corrective evaluation of the process. This work is expected to provide information about the meaning and values contained in Rakut Sitelu.

Keywords: Rakut sitelu, balance, Karo Batak tradition

 

References

[1] Dharmansyah, Corry Siagian, dkk. 1986. Dampak modernisasi Terhadap Hubungan Kekerabatan Daerah Sumatera Utara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

[2] Hadi, Y.Sumandiyo. 2014. Koreografi Bentuk-Teknik-Isi. Yogyakarta: Cipta Media bekerjasama dengan ISI Yogyakarta.

[3] _________________. 2003. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: eLKAPHI.

[4] Harahap, Irwansyah. 2010. Hata Ni Debata Etnografi Kebudayaan Spiritual-Musikal Parmalim Batak Toba. Medan: Pusat Warisan Seni Sumatera

[5] Heriyawati, Yanti. 2016. Seni Pertunjukan dan Ritual. Yogyakarta: Penerbit Ombak.


[6] Hersapandi. 2015. Ekspresi Seni Tradisi Rakyat dalam Perspektif Transformasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta

[7] Humphrey, Doris diterjemahkan oleh Sal Murgiyanto. 1983. Seni Menata Tari (The Art of Making Dance). Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta

[8] Jazuli, Muhammad. 2014. Manajemen Seni Pertunjukan Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.

[9] Kadir, Abdul, Ramelan, dkk. Album Sejarah Seni Budaya Batak Simalungun dan Toba. Jakarta: kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

[10] Kozok, Uli. 2015. Surat Batak (Sejarah perkembangan Tulisan Batak Berikut Pedoman Menulis Aksara Batak dan Cap Si Singamangaraja XII). Yogyakarta: Kepustakaan Populer Gramedia


[11] Malau, Gens G. 1994. Dolok Pusuk Buhit (Pelajaran Menulis Aksara Batak). Jakarta: Balai Pustaka

[12] Malau, Waston, D. Sinaga, dkk. 1985. Upacara Tradisional Yang Berkaitan Dengan Peristiwa Alam Dan Kepercayaan Daerah Sumatera Utara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

[13]Marah, Risman. 1983. Album Seni Budaya Sumatera Utara Cultural Album Of North Sumatra. Jakarta: Departemen Pariwisata dan Kebudayaan

[14] Martono, Hendro. 2012. Koreografi Lingkungan Revitalisasi Gaya Pemanggungan dan Gaya Penciptaan Seniman Nusantara. Yogyakarta: Cipta Media

[16] ______________. 2015. Ruang Pertunjukan dan Berkesenian. Yogyakarta: Cipta Media.

[17] Prinst Darwin, 1985, Sejarah dan Kebudayaan Karo. Jakarta: CV Irama

[18] Saragih, J.M. 1986. Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Daerah Sumatera Utara. Sumatera Utara: Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah

[19] Sedyawati, Edi, Sal Murgiyanto, dkk. 1986. Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

[20] Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta: IKALASTI Yogyakarta.

[21] Soedarsono, R.M. 1976. Tari-tarian Indonesia I. Jakarta: Direktorat Jendral Kebudayaan.

[22] ______________. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

[23] ______________. 2003. Seni Pertunjukan Dari Perspektif Politik, Sosial, dan Ekonomi. Yogyakarta: Direktorat Jendral Kebudayaan.

[24] Suwando, Bambang. 1978. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sumatera Utara. Sumatera Utara: Pencatatan dan Penelitian Kebudayaan Daerah

[25] Turner, Margery J terjemahan Y. Sumandiyo Hadi. 1976. New Dance Pendekatan Koreografi Nonliteral. Jakarta: University of Pittsburgh Press

[26] Vergouwen, JC. 2004. Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

[27] Widaryanto, F.X. 2009. Koreografi. Bahan Ajar Mata Kuliah Koreografi. Bandung: Jurusan Tari STSI Bandung

[28] Yudiaryani, Bambang Pudjasworo, dkk. 2017. Karya Cipta Seni Pertunjukan. Yogyakarta: JB PUBLISHER bekerjasama dengan FSP ISI Yogyakarta.

Downloads

Published

2023-12-07

How to Cite

DAMANIK, D. W. P. S. (2023). ANKAI SITELU: KOREOGRAFI TERINSPIRASI DARI SISTEM KEKERABATAN PADA MASYARAKAT KARO. Pixel :Jurnal Ilmiah Komputer Grafis, 16(2), 58–80. https://doi.org/10.51903/pixel.v16i2.1431