Kedudukan Tu’a Teno Gendang Curu terhadap Peralihan Hak Ulayat atas Tanah Lingko (Tanah Ulayat) menjadi Hak Privat
DOI:
https://doi.org/10.51903/hakim.v2i2.1748Keywords:
Tu’a Teno Gendang Curu, Indigenous Rights, Tanah Lingko (Customary Land), Private Rights, Transfer of Rights, Customary Norms, Land LawAbstract
The purpose of this research is to determine the position of Tu’a Teno Gendang Curu regarding the transition of indigenous land rights over Tanah Lingko (Customary Land) to private ownership and to understand the legal consequences of the transfer of indigenous land rights over Lingko (Customary Land) to private ownership. This study is an empirical legal research that employs an approach involving interviews as the primary source of data and literature review, including books, regulations, and other scholarly writings related to this research. The conclusions drawn from this research include, firstly, the division of Gendang Curu's Lingko marks the beginning of the transfer of rights over customary land. In a broader context, this division reflects customary legal actions in jointly managing land resources. However, in a more specific context, the division of Lingko also signifies the individual management of land for collective purposes, where the control over the managed land becomes an individual right. The transfer of customary rights is considered a preliminary step towards privatizing land rights, acknowledged by Gendang Curu's customary law through the sanctioned division of Lingko by Tu’a Teno. Secondly, the transfer of indigenous land rights over Lingko to private ownership by Tu’a Teno Gendang Curu weakens indigenous rights and strengthens individual rights. This opens up opportunities for various legal actions such as land transactions, donations, and inheritance, culminating in land registration to ensure legal certainty. However, the consequence of this process is the loss of Tu’a Teno's position and role as the manager of customary land. Tu’a Teno will only serve as a witness in case of land disputes.
References
Arba, H. (2019). Hukum Agraria Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Chomzah, A. A. (2001). Hukum Agraria. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Deki, K. T. (n.d.). Gereja Menyapa Manggarai. Jakarta Selatan: PARHESIA institute.
Guntur, N. I. (2014). Pendaftaran Tanah I-IX. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional 55293.
Harsono , B. (2003). Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.
Hagul , A., & Lana, C. D. (1998). Bunga Rampai Pembangunan Daerah Manggarai. Ruteng: disusun dan disebarluaskan atas izin Pemda Dati II Manggarai.
Hajati, S., Poespasari, E. D., Soelistyowati, Kurniawan, E. A., Widowati, C., & Moechtar, O. (2018). Hukum Adat. Jakarta Timur: Kencana.
Haq, H. S. (2019). Pengantar Hukum Adat Indonesia. Jateng: Lakeisha.
Hutagalung, A. (1985). Program Retribusi Tanah, Suatu Sarana Ke Arah Pemecahan Masalah Penguasaan Dan Pemilikan Tanah Cet. Ke-I. Jakarta: Rajawali.
Hutagalung. SH., MLI, P. S. (2012). Pentingnya Pendaftaran Tanah Di Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya Group.
Keberhasilan Pendayagunaan Tanah. Jakarta: Bina Aksara.
Kertasapoetra, G., Kertasapoetra, R., & Setiabudi, A. (1985). Hukum Tanah, Jaminan Undang-Undang Pokok Agraria Bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah. Jakarta: PT, Bina Aksara.
Lon et Al, Kamus Bahasa Indonesia- Manggarai, n.d.
M.J, A. (2016). Menyibak Nilai Keadilan Dan Persatuan Dalam Upacara Tente Teno, Sebuah Sistem Pembagian Tanah Ulayat Di Manggarai. Jurnal Filsafat dan Teologi.
Nggoro, A. M. (2006). Manggarai Selayang Pandang. Ende: Nusa Indah.
Nggoro, A. M. (2016). Budaya Manggarai Selayang Pandang. Ende: Nusa Indah.
Peraturan Mentri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.05 Tahun 1999.
Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961.
Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997.
Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 1996.
Raho, & Bernard. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Rosnindar. (2008). Eksistensi Hak Ulayat Atas Tanah Dalam Masyarakat Hukum Adat. Medan: Pustaka Bangsa Press.
Santoso ,U. (2012). Hukum Agraria Kajian Komprehensif. Jakarta: Prenada Media Group.
Senudin. (n.d.). Studi Eksplorasi Etnomatematika Pada Lingko Lodok Dalam Budaya Masyarakat Manggarai.
Shebubakar, A. N., & Raniah, M. R. (2019). Hukum Tanah Adat/Ulayat.
Soetoro, S.H., M.H, D. O., Ismail, S.H., M.H, Z., & Lestari, S.S., M.H, M. P. (2021). Buku Ajar Hukum Adat. Malang: Madza Media.
Sutedi, A. (2007). Peralihan Atas Tanah dan Pendaftarannya, Cetakan Pertama, Jakarta: Sinar Grafika.
Tantawi, I. (2019). Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: Kencana.
Thoha, & Miftah. (2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
UUD 1954.
UUPA.
Warjiyati, S. (2020). Ilmu Hukum Adat. Yogyakarta: CV. Budi Utama.
www..kbbi.co.id diakses pada tanggal 16 Februari 2023 pukul 01.59 WITA
Yohanes, S. (2021). Hukum Agraria. Kupang.
Zuhraini. (2014). Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Dalam Dinamika Politik Hukum Indonesia. Bandar Lampung: Harakindo Publishing.